Kau percaya kehidupan kedua? kehidupan yang konon, tidak mengenal arti kematian. Kehidupan yang hidup. Kehidupan yang entah bagaimana perhitungan dan dimensinya. Aku sedang memikirkan Yeko saat ini. Salah satu kucingku. Sedang dimana dia? belum pulang sejak kemarin. Aku cemas dan khawatir. Terlebih, sore ini, petir dan halilintar bahkan membuat Dugong dan Induk Yeko, Yuko, bersembunyi dibawah meja dan lemari.
Aku sedang memikirkan dunia kedua untuk para kucingku kelak. Apakah mereka nanti juga ada? apakah nanti mereka bisa bicara? apakah nanti mereka bisa menanggalkan ekspresi sok-cool-menyebalkannya itu dan beralih ke seribu ekspresi tawa-cemberut-kecut-masam-nyengir? Aku menantikannya. Disana, aku akan meminta mereka membesarkan badannya sampai seukuranku, dan aku akan memeluknya erat-erat. Apakah mereka akan ingat denganku? Apakah mereka ingat aku sering sekali menjahilinya saat tidur? Rindu, sampai bertemu, kucing-kucingku. Terima kasih sudah percaya pada kami.
Sebagai warga yang nyerempet Jakarta dan mengaku punya passion pada dunia travelling. Tabu rasanya jika belum menjelajahi kepulauan seribu. Yes, sebuah panggilan alam mengacaukan pikiran di penghujung 2014 ini. Tabungan pun tersingkap oleh ulah woro-woro teman-teman yang sangat ingin “mantai”. Jadilah! perjalanan menjadi sahabat matahari selama dua hari semalam itu berlangsung.
Ini pantai utara bung. Anginnya tidak segibas-gibas pantai selatan seperti petanahan, pasitkan kamu tidak menggunakan sweater atau pakaian berbahan selain katun. Pengalaman snorkeling yang bikin keling, makan ikan bakar dan berfoto di pulau-pulau kecil berpasir putih adalah hal yang sangat menyenangkan. Biasanya jalan-jalan alam kedinginan, kali ini, sungguh perjalanan paling gerah seumur hidup.ย Langsung saja, foto-foto ini yang berbicara. Berikut adalah beberapa foto dari sekian ratus foto yang ter-capture. ๐
Dan dalam setiap perjalanan, terlalu banyak hal-hal pembelajaran. Pengalaman yang mendewasakan. Di Harapan,ย Aku belajar tentang tidak terlalu pentingย menjadi yang tercepat sampai tujuan. Tapi rasa kebersamaan, saling pengertian dan menerima akan membawa kalian kemanapun, bahkan yang terjauh sekalipun. Meski banyak sekali kekurangan, meski tampak sulit sekali melakukan perbaikan. Bukankah hidup ini, lama-lamaan bertahan?
Bayangkan anda berada pada kamar gelap. Lalu buka mata anda, tentu masih gelap. Tak dapat melihat apa-apa, hanya gelap.
Tenyata bukan karena mata terbuka, kita bisa melihat dunia dan seisinya. Tapi peran cahaya, yang membuat mata bisa melihat apa yang ada dihadapanย mata. Ternyata bukan karena kita bisa melakukan apa saja, kita bisa bahagia dan menaklukkan dunia. Tapi peran “cahaya” yang membuat hidup lebih punya makna sehingga kau selalu punya alasan untuk tetap berjalan diatas jalan-Nya.
Fotografi adalah hal yang kusukai sejak kecil, atau lebih tepatnya kalau diingat-ingat pertama belajar photoshop itu ya pas duduk di bangku SMP. Ada rasa senang yang kurasa ketika melihat-lihat gambar yang bernama foto itu. Entah itu objeknya manusia, pemandangan, benda-benda bahkan bayangan sekalipun. Aku suka.
Adalah sebuah kehormatan, ketika ada permintaan untuk menjadi bagian dari momen sakral seseorang. Aku diminta menjadi orang yang mendokumentasikan upacara akad nikah adik temanku. Mila namanya. Dan inilah official project pertamaku jadi tukang foto akad nikah. ๐
Jelas, masih jauh dari sempurna. Ngomong-ngomong, aku punya rekomendasi fotografer yang kece, aku menjulukinya “fotografer anti mainstream”,jelas pilihan yang tepat untuk kamu yang ingin mengabadikan momen terindah dalam hidupmu ๐ . Silahkan baca reviewnya disini >> Alienco Photography
Nah, berikut hasil jepretan (belajar) sayah ๐ . Untuk edit, saya masih pake software PS 7 yang portable itu. Mode vintagenya juga masih manual settingnya ๐ (tumpuk-tumpuk layer) *efek RAM gak gak gak kuat* ๐
Setelah bergalau-galau rindu parah sama surya kencana, akhirnya pertengahan April 2014 lalu aku dan kawan-kawan nanjak bareng ke Gn Gede. Ya memang naik Gn. Gede bukan pengalaman pertama, cuma ga masalah itung-itung “pemanasan” buat Gunung-gunung lain yang jauh lebih ketje. Mulai siapin fisik dari sekitaran akhir Februari, ya lari, ya sepedaan dan freeletics. Dan yang pasti cicil-cicil pinjem segala perlalatan yang dibutuhin selama nanjak. Ya.. naik gunung adalah sebuah hobi yang butuh banget yang namanya persiapan. Ibarat kata, ni hobi paket lengkap, ga cuma duit, fisik ama peralatan, tapi kudu juga kita siapin yang namanya mental! *apadah*
Setelah ba bi bu di awal bulan karena berebutan kuota buat naik. FYI, kita naik di tanggal yang Jumatnya warna merah, kebayang dah tuh waiting list aja sampe 300 orang-an yang ย mau naik dari jalur Gn. Putri. Yang belum tau, untuk muncak ke Gede, kita harus booking dulu 3-30 hari sebelum naik. Siapin aja fotokopi KTP dan dana buat perizinan (SIMAKSI) sebesar Rp. 30.000,-. Untung aku dibantu sama temen yang kenal sama orang sana, jadi kita nitip karena temen juga kolektif pengen opsih 70-an orang. Alhamdulillah~ ๐
Kamis malam Jumat, jam 21.00 WIB harusnya kita udah start jalan dari terminal Kp. Rambutan, tapi karena banyak bapak-bapak rempong macam sosialita, kita jadi ngaret parah dan baru naik “Doa Ibu” jurusan Cipanas jam 23.00 an. Dan itu yang aku bilang tadi siapin mental buat ngadepin suasana yang bikin pengen ngunyeng-ngunyeng kepala orang >,<.ย Bis tanpa AC itu melaju sampai-sampai nggak berasa tiba-tiba dua jam kemudian teriaklah itu kenek, “Cibodas Cibodas Cibodas!”, Alhamdulillah lagi karena perjalanan terlalui hanya sekitar 2 jam tanpa macet yang berarti :P.
Setelah janjian sama Kang Sono, orang yang bantu urus administrasi, kita cari angkot menuju pos masuk Gn. Putri, untung kita bawa orang Aceh yang kalau udah masalah tawar menawar ibu-ibu perumnas manapun kalah. Kita dapet tumpangan angkot hanya dengan merogoh kocek Rp. 10.000,- saja permisah!. Turun ngangkot, kita ber-sebelas berhenti dulu di warung nasi buat bekal sarapan. Lumayan lama kita nunggu, mungkin baru dituai padinya. Entahlah, atau mungkin ibu-ibu penjualnya sedang lelah~. Dan bener aja, rame bingits, jalur ke pos pendaftaran aja ngantri. Jadi ngebayangin apa jangan-jangan sampe puncak kita antri macam di Stasiun Sudirman pas jam pulang kantor begini yah. hmm. *mulai halusinasi karena sambil aklimatisasi* #mbuhlah
Sampai di pos penjaga (macam satpam) pun prosesnya ga sampe 5 menit. Kita satu tim cuma disuruh ngumpul, ditanyain apa perlengkapan semua lengkap, dari mulai jaket, kaus kaki, tenda dan sleeping bag. Dan juga pengecekan barang-barang yang nggak boleh dibawa macam peralatan mandi ber-deterjen serta konfirmasi senjatatajam yang dibawa. Kelar di cek, langsung caw nanjak. Kita start dari Gn. Putri pas adzan Subuh. Oh iya, wajib bersepatu yah kalau pas pengecekan, aku sendiri bawa sendal buat ganti.
Dan perjalanan pun dimulai, setelah berdoa kita mulai jalan lewatin perkebunan sayur dan sebelum masuk pintu hutan kita pada sholat Subuh dulu, asyiknya dipinjemin matras sama rombongan lain yang juga lagi pada jamaah-an. Selepas sholat, kita cus menuju Pos 1. Langit udah mulai rada terang, jadi ga perlu pake bantuan head lamp, dan untungnya cerah jadi mulai hangat deh pas cahaya mentari menerangi bumi *lalala*. Jalur Gn. Putri emang udah full tangga batu, ya lumayan lah tangga-tangga yang tingginya selutut banyak dan lebar (sekitaran 2 meter).
Perut mulai geruyukan, suasana yang tadinya bersih kabut, pas sampe di pos 1, uda mulai rada-rada bersuasana ala-ala twilight. Bukan asep macam pilem susanah yah. Langsung deh tuh gelar matras, bongkar carriel kaluarin nasi bungkus yang tadi dibeli di warung nasi deket pos penjaga. Menunya adalah~ Balado ikan tongkol, mie goreng dan tahu goreng. Meski nasi rada-rada pera bin dingin, namun percayalah.. sangat nikmat! ๐ . Kita sampai di Pos 1 itu sekitaran jam 6.30 WIB.
Lanjut bleh abis sarapan, ya lumayan di Pos 1 tadi sempet bikin nutri sari dan nyiapin cemilan choki-choki. Yap, jalanan masih didominasi bebatuan dan tanah yang lumayan licin. Untung masih ada akar-akar besar yang mengokohkan tanah, jadi ga terlalu merosot-rosot dah. Matahari meninggi terang meski kabut-kabut kelabu sempat menyelimuti perjalanan. Setelah hampir satu jam jalan, kita lewatin juga pos bayangan yang lumayan rame orang (yaiyalah orang), uniknya ada akang-akang jualan pop mie dan kupi-kupian.
Abis itu udah deh, jalur makin yahud. Makin curam, lima tapak berenti ada kali. Ruar biasa pokoknya. ๐ Untung rame karena emang di hari yang sama ada pendakian massal, jadi nggak bengong dan terlalu ngantuk, karena emang kalau udah capek terus udara dingin gitu bawaannya mau rebahan. Sempet juga ganti sendal gunung karena kelingking udah nyeri disebabkan dinding sepatu yang keras. *tatinatakit*
Pas ketemu jalan landai tanda-tanda Surken, kaki makin cepet melangkah. Dan akhirnyaa~ kita-kira jam 10.00 WIB sampailah di Surya Kencana Tercinta. Suasananya kabut-kabut sepoi-sepoi ๐ *langsung pakai jaket ama sarung tangan* trus tiduran di matras sambil nungguin anggota tim yang taunya ketiduran (sengaja tidur tapi kebablasan) di pos bayangan, sampe 2 jam nunggu. Yassalam!
Langsung ormed cari tempat buat bangun shelter dan siap-siap masak makanan siang. Menunya, nugget, mie kuah dan balado ikan (sisa tadi pagi). Bikin roti pangang selai kacang dan stroberi juga. Siang di sana sungguh cerah *setel sunblock*.
Malemnya gerimis tipis dari magrib, jadi waktu itu abis ashar kita bobo-bobo lucu di tenda. Sampe agak redaan yaitu isya. Kita mainan uno sampe 3 putaran. Ah~ permainan mikir, menyebalkan pokoke sekaligus seru! Abis itu bersiap bobo cantik sambil pasang alarm jam 4 buat muncak liat sunrise.
Sekitar pukul 04.00 WIB .Pas digebah sama tenda sebelah, sebetulnya itu adalah momen ter-mager ever! males gerak cin, lantaran udara malam dingin yang nusuk pori kulit. ย Yah, udah nanggung, kalau mau tidur mah di hotel (begitu bukan?). Akhirnya sambil bawa jajanan dan headlamp, kita berdoa dan langsung cus ke puncak. Perjalanan hampir sejam, akhirnya sampe dipuncak.
Pas di puncak udah subuh, jadi subuhan di puncak. Amazing. Tayamun pakai embun-embun dari dedaunan. Kirain tu matahari bakal bias doang, eh gataunya dengan cantiknya ia wujud sekitaran jam setengah 6. Subhanallah indahnya. Dan itu puncak rame!
Setelah eneg poto-poto dan keroncongan, kita balik ke base camp untuk sarapan dan packing. Menu pagi itu harusnya ada nutrijell, berhubung malemnya lupa dipindah ke wadah plastik, jadinya gagal deh tu ager. Menu pagi itu ada tuna pedas, sarden, ikan kecil-kecil ditepungin dan sayur sop lengkap sama bakso. Endesss! Jam 10 kita mulai berger lagi ke arah puncak dan melipir turun via jalur cibodas.
Jalan liwat jalur cibodas kurang afdol kalau belum lewat tanjakan “setan”. Ghiroh petualang ย langsung cling-cling, langsung pasang gaya rappelling pegangan webbing buat turun. Meski antri agak lama, tapi gak apa-apa karena rasanya seru! Abis itu jalan gas pol sampe kandang badak. Itu kandang badak terpenuh yang pernah aku lewatin, macam pasar tumpah deh, kita gak lama-lama disitu. Abis makan nata de coco, langsung jalan lagi. Lagi-lagi bersyukur karena cuaca relatif cerah meski sempat gerimis centil pas di tanjakan setan.
Dan bete adalah ketika tas kamera dibawain temen yang jalannya udah kayak mau kejar commuter line. Jadi nggak sempet narsis-narsisan di air panas, jembatan kayu (yang sekarang udah di-semen) dan air terjun kecil. Perjalanan turun kali ini adalah yang terlama sepanjang sejarah, yaitu hampir 8 jam sodara-sodara!.
Sampai dibawah kita sholat di wewarungan yang dekat parkiran luas (pokoknya disitu deh). Makan soto ayam lengkap irisan cabe rawit. Alhamdulillah~ nikmat!. Abis leha-leha dan capek ceng-cengan, kita meluncur ke jalan raya untuk cari bus menuju Jakarta. ย Itu pukul 22.00 WIB.
Dan kita harus menunggu hampir 2 jam untuk akhirnya dapat bus jurusan Kp. Rambutan. Sempet gegoleran dulu di pinggir jalan, lumayan ngelurusin kaki yang rasanya gurih-gurih gimanaa~ gitu. Perjalanan lumayan singkat, hanya 2 jam akhirnya bisa sampai Kp. Rambutan. Langsung dapet angkutan 112 menuju Depok.
Begitulah cerita yang makin lama makin disingkat-singkat. Yah sebetulnya butuh beberapa liter tinta untuk untold story-nya. Namun apa daya. Waktu sudah menunjukkan pukul, sehingga aku harus bobo.
Intinya, Gunung Gede selalu menceritakan kisah berbeda setiap kali aku mengunjunginya. Walau jalur yang kutapaki mungkin sudah ย bergeser beberapa centi, ada rasa yang menetap sama kala kupijak tanah puncaknya. Yaitu Aku selalu merasa bahagia.
***
Rincian Dana (April 2014) :
1. Simaksi Rp. 30.000,-
2. Bus Cibodas-Rambutan PP Rp. 40.000,-
3. Angkot ke Putri Rp. 10.000,-
4. Angkot ke Cibodas Rp. 10.000,-
5. Patungan Makanan Rp. 50.000,-
Zuko menatap Burik, ia tahu ia harus minta maaf karena malam tadi ia mencakar-cakar wajah Burik saat ia sedang menyusu.
“Entahlah..” Batin Burik mengabaikan Zuko karena kejadian itu sudah terlampau sering terjadi.
Faktanya adalah, bahwa Burik lebih kooperatif saat menjadi model.
Maknyak mungkin ingin memamerkan bulu-bulunya yang sekarang jauh lebih kece dibanding pertama kali ia datang di rumah kami. Atau mungkin juga maknyak mau selfie
Sudah hampir dua minggu lalu, ada seekor kucing yang melahirkan di teras rumah, anaknya ada 3 ekor. Warna abu-abu, belang dan kuning. Belum lagi kuberi nama kepada kitten-kitten ini, seekor yang berwarna kuning kutemui tadi pagi sudah terbujur kaku, ia mati. Aku sedih sekali, jangan-jangan karena ketidak tahuanku dalam penanganan hewan ini. Setelah aku tanya kepada Merlyn, kemungkinannya ada dua, kedinginan atau ketindihan induknya. Huah.. perasaan bersalah langsung menyergap. Kuganti tempat tidurnya dengan kotak buah yang lebih besar dari sebelumnya. Ku bungkus si Kuning dengan kain, dan kutitipkan pada Bano untuk dikuburkan karena aku tak tega.
Sebetulnya kalau dibilang pencinta kucing ya nggak juga, terakhir punya kucing ya sekitaran tahun 99-an lalu. Namanya Pus, warnanya abu-abu, kelahirannya kira-kira bareng sama si Ami. Gak tahu kemana, karena saat itu kami pindah rumah sekeluarga, dengan alasan keselamatan, kucing itu tidak dibawa. Kucing itu nurut luar biasa, doyan makanan apa saja yang disuguhkan oleh majikannya, tempe, tahu dan nasi. Jadi ingat, bahkan si Pus ini juga doyan aja dikasih makan ajibon sama nasi. Pus juga tidak pernah buang air dirumah, tepatnya setelah dimarahi sama Bapak dan di geret ke kamar mandi agar ia tahu kemana ia harus membuang hajatnya dan tidak disembarang tempat. Alhasil, Pus akan buang air di luar rumah atau paling banter di WC rumah. Pus juga nggak manja karena memang kami dirumah jarang sekali bermain dengan si Pus, dia juga jarang berantem dengan kucing lain, yah flat saja begitu. Tapi begitu kami pindah, rasa kangen baru muncul. Setelah 2 tahun di Jawa, kami kembali ke Depok, tak ada lagi Pus. Semoga ia berada di tempat yang nyaman sekarang.ย
Baru kali ini beli makanan khusus kucing, kemarin si Mami cuma dikasih bandeng presto sama Ikan cue, dalam rangka memberikan nutrisi terbaik kepada busui Mami alias si induk, aku merogoh kocek Rp. 37.000 untuk sekilo makanan kucing, aromanya mirip aroma makanan ikan tapi ini ada aksen wangi coklatnya. Rasanya agak tawar dan ikan-ikan gitu (dicobain dong saking penasarannya :D).
Well selamat jalan Kuning, semoga Allah memberkahimu disana. Terima kasih sudah hadir di keluarga kami meskipun hanya sebentar.
2 dari 3 postcard yang ku kirim 24 hari yang lalu sudah sampai ke Jerman, waah super exited!. pasalnya ini kali pertama saya menggunakan perangko sebesar 5.000 Rupiah dan ternyata bisa sampai tidak lebih dari satu bulan, berbeda dengan kartu pos perdana saya yang saya bubuhi perangko 7.000 dan sampai dalam 110 hari ๐ ke Rusia >> ย Cara Saya Memperkenalkan Indonesia Ke Seluruh Dunia : Postcrossingย . Yeah, sebetulnya kartu perdana ini saya sempet mikir mungkin hilang entah kemana ๐ . Saya mengirimkan kartu pos di kartu po dekat rumah saya di Depok 1, tepatnya di seberang Sekolah Bintara. Katanya sih ngaruh juga kalau kita mengirim dari kantor pos tertentu. Waktu kartu pertama saya, saya kirim dari kantor pos cikini. Oke sekedar tips pas mau beli perangko, jangan pernah tanya pakai perangko berapa untuk mengirim ke negara tertentu karena terkadang, petugas pos-nya akan menyuruh kita untuk menggunakan perangko dengan nominal hingga diatas 10.000. Kalau cara saya, saya beli perangko masing-masing 5.000 3 buah, trus tempel dan kasih ke petugasnya langsung, abis itu balik badan jalan cepat ke pintu keluar biar gak dipanggil lagi hihihi.
Tinggal nunggu satu lagi kekirim dan menunggu 3 kartu pos mendarat dirumah ๐
Jadi pengen bikin edisi lebaran ih, ada yang mau swap ga yaa?
Okeh, ini suprise banget soalnya kali ini saya dapat kartu pos yang digambar tangan oleh salah satu penpal saya dari komunitas Card To Post, yaitu sekumpulan orang yang memiliki hobi saling bertukar kartu pos di Indonesia. Pengirimnya dari Bandung ๐
Ini dia penampakannya :
Digambar menggunakan pensil diatas kertas karton, gambar album pertamanya Endah n Rhesa ๐
Posting perdana tulisan tentang kegiatan belajar memasak, cuma ga ada takarannya yah soalnya emang kalau masak juga pake kira-kira ๐ . Ini dia salah satu resep favorit yang disukai kakak dan adik-adikku.ย
Menu ini praktis banget dan cocok sebagai menu berbuka maupun sahur. Kira-kira saya menyelesaikan masakan ini selama 40 menitan ๐
Bahan :
– Ayam
– Tempe
Bumbu :
– Bawang Putih
– Garam
– Lada
– Gula Merah
– Gula Pasir
– Laos
– Kecap
– Cabe Merah
– Kaldu ayam (pakai sisa air rebusan ayam)
Cara Memasak Ayam Bumbu Kecap :
– Ayam direbus hingga hampir sat, lalu goreng sampai kering
– Tempe digoreng sampai kering
– Tumis bumbu bawang putih, garam, lada yang sudah dihaluskan
– Masukkan cabe merah yang sudah diiris
– Masukkan laos dan gula merah yang sudah diiris
– Masukkan gula
– Masukkan kecap
– Masukkan kaldu
– Aduk sampai agak mengental
– Masukkan ayam goreng
– Masukkan tempe goreng
– Aduk sampai merata, Sajikan